Difteri, Bagaimana Masyarakat Harus Bersikap

 

 

 

 

 

 Difteri, bagaimana masyarakat harus bersikap

Achmad Rif’at, S.Kep.Ns
Ketua Komite Keperawatan

RS. Dr. H. Moch. Ansari saleh Banjarmasin

 

Kejadian difteri di Indonesia begitu mengejutkan ketika diberitakan media masa. Data Kementerian Kesehatan kurun waktu oktober hingga november 2017 ada 11 provinsi yang melaporkan KLB difteri. Kal-Sel sendiri menemukan 2 kasus positif difteri.

Jika setiap wilayah  melaporkan satu kasus difteri saja maka di nyatakan KLB atau Kejadian Luar Biasa.Menurut  Menteri Kesehatan RI, Nila Moeloek mengatakan KLB difteri bukanlah wabah, melainkan hanya peringatan. Artinya setelah menemukan kasus difteri harus dilakukan tindakan pencegahan dengan imunisasi melalui ORI (Outbreak Response Immunization).

BBC Indonesia, Direktur surveilans dan karantina kesehatan, kementerian kesehatan Elizabeth Jane Soepardi menjelaskan penyebaran difteri menurun pada akhir tahun 2017 ini, karena program vaksinasi sebagai respon penyebaran difteri (Outbreak Response Immunization- ORI), pada kurun Oktober hingga November 2017. Penurunan ini berkat program imunisasi awal bulan dan juga liburan akhir tahun. Saat ini penambahan kasus satu minggu terakhir  sekitar 5 kasus perhari, dimana sebelumnya 10-20 kasus per hari. Dari kejadian outbreak difteri hingga pertengahan Desember kemarin menyebabkan jatuhnya korban jiwa sebanyak 38 jiwa di Indonesia

Kejadian difteri di Indonesia sebenarnya selalu ada di laporkan dari berbagai tempat dan  sampai saat ini dapat  ditangani dengan imunisasi

Kenapa difteri saat ini dirasakan mulai meningkat lagi dari data survey kementerian kesehatan di tahun 2013 hasilnya kelihatan ada penurunan imunisasi, baik tidak imunisasi ataupun imunisasinya tidak lengkap. Untuk itu masyarakat perlu didorong untuk memenuhi Imunisasi dasar sesuai jadwal.

Masyarakat di himbau untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, menggunakan masker bila sedang batuk. Dan segera kepelayanan kesehatan bila ditemukan anggota keluarga yang mengalami demam disertai nyeri menelan terutama jika didapatkan selaput putih keabu abuan di tenggorok yang mudah berdarah jika dilepaskan.

Difteri merupakan infeksi bakteri  Corynebacterium diptheriae yang umumnya menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorok, serta terkadang  dapat mempengaruhi kulit. Penyakit ini sangat menular dan termasuk infeksi serius yang berpotensi mengancam jiwa. Penularan penyakit ini melalui percikan ludah yang terhirup saat penderita batuk ataupun bersin.

Dimasyarakat sering beredar rumor tentang vaksin imunisasi mulai dari harga yang mahal kulitas vaksin yang buruk hingga haram. Dapat dijelaskan vaksin  yang digunakan diIndonesia merupakan produk dalam negeri yaitu produksi Bio Farma, material dan prosesnya sama sekali tidak menggunakan lemak babi, bahan vaksin pun tidak diambil dari sampel orang yang pernah tertular difteri. Kemudian apakah benar kualitas vaksin produk Indonesia buruk. Bio Farma sebenarnya sudah mengekspor vaksin ke 174 negara. Vaksin Bio Farma sudah di akui serta di beli oleh Unicef untuk program program mereka. Apakah harga vaksin ini mahal ?  karena vaksin vaksin sudah diproduksi di dalam negeri  harga vaksin lebih terjangkau, kecuali kita meminta vaksin produk luar negeri. Sebenarnya saat ini imunisasi merupakan program pemerintah dan itu diberikan gratis di puskesmas, yaitu 11 vaksinasi wajib. Bagaimana tanggapan masyakat tentang konsumsi herbal dapat menggantikan vaksin ?. hingga saat ini belum ada hasil penelitian yang dapat membuktikan herbal mampu menangkal infeksi virus. Apalagi hingga membentuk kekebalan tubuh terhadap virus menular seperti difteri

Cegah difteri dengan imunisasi

Imunisasi untuk mencegah difteri sudah termasuk ke dalam program nasional imunisasi dasar lengkap, meliputi ; (1) tiga dosis dasar DPT-HB-Hib (difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B dan haemofilus influensa tipe b) pada usia 2, 3 dan 4 bulan. (2) satu dosis lanjutan DPT-HB-Hib saat usia 18 bulan. (3) satu dosis imunisasi lanjutan DT (difteri, tetanus) bagi anak kelas 1 Sd/sederajat. (4) satu dosis lanjutan Td (tetanus difteri) bagi anak kelas 2 SD/sederajat. Dan (5) satu dosis imunisasi lanjutan Td bagi anak kelas 5 SD/sederajat.

Pencegahan penularan

Difteri penularannya dapat cegah dengan selalu menjaga kebersihan tangan (hand hygiene). Menerapkan etika batuk dan selalu menjaga kondisi tubuh (makan makanan bergizi, istirahat yang cukup), serta segera hubungi fasilitas kesehatan terdekat ketika menemui gejala diatas ataupun setelah kontak dengan penderita.

Bagaimanapun sebenarnya pemerintah sudah memberikan perlindungan yang cukup kepada masyarakat terutama untuk penyakit difteri  maupun penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, tinggal kita sebagai anggota masyarakat mau atau tidak ikut dalam program ini.

Berita Terkait

Belum Ada Komentar

Isi Komentar