Bapidara Pada Anak Demam, Solusi Atau Sugesti

 

 

 

 

 

BAPIDARA PADA ANAK DEMAM....SOLUSI ATAU SUGESTI......

Oleh:

Ermadayanti, S.Kep.Ns
Perawat Ahli Madya
RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin

          

Bapidara sering dilakukan oleh ibu atau keluarga terutama suku banjar bila anaknya mengalami demam, disadari atau tidak ini dilakukan secara turun temurun dan dilakukan oleh ibu atau keluarga dari yang tingkat pendidikannya rendah sampai tingkat pendidikan tinggi, dari keluarga kurang mampu sampai keluarga kaya, bahkan mungkin juga dilakukan oleh ibu atau keluarga yang berlatar belakang pendidikan kesehatan.

Provinsi Kalimantan Selatan adalah salah satu propinsi yang memiliki beberapa kelompok etnik atau suku serta adat. Suku etnis yang berada di provinsi ini diantaranya Suku Banjar sebanyak 76,34%, Suku Madura sebanyak 1,22%, Dayak Meratus sebanyak 1,20% dan suku-suku lain sebanyak 21,24%. Salah satu unsur kebudayaan daerah yang bersifat universal dan diwarisi secara turun-temurun oleh masyarakat adalah pengetahuan tentang pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional merupakan bagian yang integral dari kebudayaan karena mengandung konsep tentang kondisi sakit dan cara pengobatannya (Rukun Suku Nusantara, 2017).

 

Menurut penelitian Rahmadewi (2009, dalam Syahudi dkk, 2012) memaparkan secara umum, membagi sistem medis ke dalam dua golongan besar, yaitu sistem medis ilmiah yang merupakan hasil perkembangan ilmu pengetahuan (terutama dalam dunia barat) dan sistem non medis (tradisional) yang berasal dari aneka warna kebudayaan manusia. Pengobatan kedokteran berbasis pembuktian ilmiah, sedangkan pengobatan tradisional berdasarkan kearifan lokal yang berasal dari kebudayaan masyarakat, termasuk di antaranya pengobatan dukun, yang dalam mengobati penyakit menggunakan tenaga gaib atau kekuatan supranatural.

 

Data angka kematian anak disebabkan demam yang terlambat ditangani dan dibawa ke pelayanan kesehatan tidak ada secara pasti mengingat rekapitulasi data di rumah sakit berdasarkan diagnosa medis (Dinkes Kota Banjarmasin, 2017). Menurut Penelitian Astutik, dkk (2016) memaparkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kalimantan Selatan tahun 2013 sebanyak 727 kasus. Kabupaten Banjar merupakan peringkat ke-3 yang menyumbang AKB Kalsel dengan jumlah kasus kematian bayi sebesar 90 kasus. Anak-anak dibawah 5 tahun merupakan kelompok paling rentan terkena penyakit dikarenakan pembentukan sistem imun mereka yang masih belum sempurna serta ketidakmampuan mempertahankan diri dari serangan penyakit secara optimal oleh sebab itu penanganan terhadap demam atau penyakit pada anak harus secara cepat dan tepat.

 

Masalah kesehatan bayi dan anak pada suatu daerah tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka diasuh dan sosial budaya seperti apa yang mempengaruhi orang tua mereka selaku pengambil keputusan pertama saat mereka mengalami sakit. Faktor-faktor sosial budaya yang meliputi kepercayaan dan pengetahuan tentang pengobatan tradisional seperti pemahaman tentang berbagai penyakit, persepsi terhadap sakit, pantangan-pantangan, serta kebiasaan-kebiasaan bisa jadi mempunyai dampak positif atau negatif terhadap kesehatan keluarga terutama bayi dan anak balita. Pengobatan maupun diagnosis yang dilakukan dukun selalu identik dengan  kekuatan gaib ataupun yang memadukan antara kekuatan rasio dan batin yang mungkin sebagian besar belum dapat di buktikan atau belum pernah ada penelitian untuk membuktikan.

 

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor1076/MENKES/SK/VII/2003 halaman 2 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional, menyatakan bahwa pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat dan pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman, keterampilan turun temurun, dan atau pendidikan/ pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat..Salah satu alasan Menteri Kesehatan menetapkan kebijakan obat tradisional nasional (Kotranas) yang bertujuan untuk mendorong pemanfaatan sumber daya alam dan ramuan tradisional secara berkelanjutan (sustainable use) untuk digunakan dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan. Tapi yang menjadi pertanyaan sekarang adalah apakah Bapidara dapat di golongkan dalam  pengobatan tradisional atau hanyalah sugesti dalam menghentikan demam.

 

Wawancara yang dilakukan kepada ibu-ibu Kampung Kuin Suku Banjar yang memiliki anak kecil pada bulan Oktober 2017, 5 orang ibu menceritakan pengalaman  ketika anaknya sakit demam kadang disertai muntah, telinga dan kaki dingin, tangisan melengking dan mengigau. 2 orang ibu mengatakan anaknya sembuh setelah diberikan pijat kampung dan bapidara, 1 orang ibu mengatakan dengan bapidara dan diberi obat penurun panas, 1orang ibu mengatakan setelah bapidara maka diare dan panasnya tidak kunjung membaik dan akhirnya anaknya harus masuk rumah sakit karena dehidrasi sedang dan panas 410C dan 1 orang ibu mengatakan anaknya sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit setelah dirawat selama 1 minggu dengan diagnosa medis faringitis akut kemudian panasnya kambuh lagi dan sering ketakutan ternyata setelah bapidara, demam dan mengigaunya langsung hilang. 5 orang ibu  percaya anaknya sakit karena diganggu makhluk gaib yang tidak bisa ditangani pengobatan medis serta dilakukan pidara tetapi dengan tingkat keberhasilan yang berbeda dan tetap di sertai dengan pengobatan medis. Pertanyaan kembali terulang kalau begitu apakah bapidara merupakan solusi atau hanya sugesti dalam mengatasi demam pada anak.

 

Menurut Jamalie (2011) memaparkan penanganan anak demam pada suku banjar berbeda dengan pengobatan tradisonal, salah satu hal yang membuatnya unik dalam kajian kesehatan adalah budaya bapidara, dimana ketika anak sakit demam, tangisan melingking maka dibawa kepada orang yang bisa mempidarai dengan menggunakan parutan kunyit dan kapur kemudian dioleskan pada daerah lipatan tubuh anak maka demam, gelisah dan anak berangsur tenang serta dalam waktu singkat sembuh. Tanpa mengesampingkan keluhuran budaya nenek moyang kita dan tetap menghormatinya sebagai unsur pembentuk kehidupan bermasyarakat kita, Bapidara adalah salah satu budaya mengatasi anak demam yang menurut penulis belum dapat dikatagorikan sebagai pengobatan tradisional dan tentu saja belum dapat dibuktikan kebenarannya, kunyit memang telah diyakini mengandung zat yang bermanfaat bagi kesehatan bahkan kunyit termasuk dalam tanaman obat keluarga untuk mengatasi bermacam penyakit termasuk demam hanya saja dari beberapa referensi yang penulis baca kunyit selalu menjadi bahan ramuan untuk di minum tidak untuk dioleskan sementara kapur sirih adalah hasil endapan batu kapur atau gamping bahkan dalam beberapa artikel yang penulis baca kapur sirih justru tidak disarankan untuk di berikan disekitar area wajah karena kandungan zat yang ada di kapur sirih cukup panas.

 

Penanganan yang tepat mengenai penyakit yang menyertai demam merupakan hal penting agardemam dapat diatasi dengan benar, komplikasi yang dapat diakibatkan oleh penanganan demam yang kurang tepat salah satunya adalah  adanya kemungkinan dehidrasi, karena pada saatanak demam terjadi evaporasi cairan tubuh sehingga anak kekurangan cairan, kerusakan neurologis dan kejang demam dapat terjadi pada kenaikan suhu sampai 42oC.

 

Penyembuhan terhadap suatu penyakit didalam sebuah masyarakat dilakukan dengan cara-cara yang berlaku didalam masyarakat sesuai kepercayaan masyarakat tersebut. Ketika manusia menghadapi berbagai masalah didalam hidup seperti sakit, manusia berusaha untuk mencari obat untuk kesembuhan penyakitnya itu. Bukan hanya pengalaman,dan faktor ekonomi yang mendorong seseorang mencari pengobatan. Akan tetapi faktor budaya, sangat menentukan dan berpengaruh terhadap perilaku pemilihan cara pengobatan yang tentu saja diharap kan tepat dan diyakini dapat mengatasi permasalahan sakit tersebut dengan meminimalkan kemungkinan resiko.

Penanganan yang tepat dan cepat pada anak demam sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya keadaan yang lebih buruk seperti komplikasi dehidrasi, penurunan kesadaran atau fungsi neurologis, kejang demam bahkan kematian..

Berita Terkait

Belum Ada Komentar

Isi Komentar