Edukasi Kesehatan Memperingati Hari Kusta Sedunia

Edukasi kesehatan kerjasama dari KSM Kulit Kelamin dgn instalasi PKRS dalam rangka memperingari Hari Kusta Sedunia 31 Januari dgn slogan "Indonesia Tanpa Kusta". Acara Penyuluhan Kesehatan dilaksanakan di ruang tunggu pasien Anak dan pasien Paru dgn Narasumber Dr. dr Dwiana Savitri, SpD.V.E.,FINSDV,FAADV. Acara dibuka oleh Direktur RSUD dr.H.Moch Ansari Saleh, dr.Among Wibowo, M.Kes.,Sp.S

Hari kusta sedunia diperingati setiap minggu terakhir di bulan Januari dengan tujuan untuk mengubah pandangan masyarakat terhadap penderita penyakit kusta. Kusta atau dikenal juga sebagai Lepra merupakan salah satu penyakit berbahaya yang memerlukan penanganan secara tepat. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae yang menyerang kulit, syaraf tepi dan jaringan tubuh lainnya.

Di Indonesia sendiri penyakit ini masih menjadi salah satu penyakit yang memerlukan banyak perhatian dari pemerintah dan seluruh masyarakat, pasalnya, berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia menempati peringkat ketiga kasus kusta terbanyak di tahun 2021 dengan penemuan sebesar 10.976. Sedangkan Kementrian RI mencatat data per 24 Januari 2022, tercatat sebanyak 13.487 pengidap kusta di Indonesia. Sedangkan di provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2022 tercatat sebanyak 96 penderita menderita penyakit ini. Adapun tiga kabupaten yang mempunyai angka tertinggi penderita penyakit kusta di tahun 2022 diantaranya kabupaten Kotabaru sebanyak 19 penderita, kabupaten tapin sebanyak 15 penderita dan disusul kota banjarbaru sebanyak 10 penderita. 

Definisi Kusta

Penyakit kusta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae yang menyerang pada kulit, syaraf tepi dan jaringan tubuh lainnya.

Ada dua jenis Penyakit Kusta:

  1. Kusta Kering (Pausi Basiler)
  2. Kusta Basah (Multi Basiler) 

Gejala Kusta

  1. Gejala Awal:

Kelainan pada kulit berupa bercak putih seperti panu atau bercak kemerahan yang kurang rasa ataupun mati rasa, tidak ditumbuhi bulu, tidak mengeluarkan keringat, tidak gatal dan tidak sakit, sehingga penderita seringkali tidak merasa terganggu.

  1. Gejala Lanjut:

Adapun gejala lanjut dari kusta, ditandai adanya kecacatan pada

-          Mata : Tidak bisa menutup mata, bahkan bisa sampai buta

-          Telapak tangan : Mati rasa pada telapak tangan, jari-jari kiting, memendek (Absorbsi) dan Putus-putus (Mutilasi), lunlai

-          Telapak kaki : Mati rasa pada telapak kaki, jari-jari kiting, memendek dan - semper

Cacat bakteri terjadi karena bakteri yang menyerang syaraf pada penderita, yang terlambat ditemukan dan terlambat diobati.

 

Penyebab Kusta

Kusta atau lepra disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini dapat menular dari satu orang ke orang lainnya melalui percikan cairan dari saluran pernapasan (droflet), yaitu ludah atau dahak yang keluar saat batuk atau bersin.

Seseorang dapat tertular kusta jika terkena percikan droplet dari penderitanya secara terus-menerus dalam waktu yang lama. Dengan kata lain, bakteri penyebab lepra tidak dapat menular kepada orang lain dengan mudah. Selain itu, bakteri ininjuga membutuhkan waktu lama untuk berkembang biak di dalam tubuh penderita.

Perlu diperhatikan, kusta bisa menular jika terjadi kontak dalam waktu yang lam. Kusta tidak akan menular hanya karena bersalaman, duduk Bersama, atau berhubungan seksual dengan penderita. Kusta juga tidak menular dari ibu ke janinya.

Selain penyebab di atas, ada beberapa faktor lain yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena kusta, diantaranya:

  • Bersentuhan dengan hewan penyebar bakteri kusta, seperti armadillo
  • Menetap atau berkunjung ke kawasan endemik kusta
  • Memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh

 

Diagnosis Kusta

Menurut WHO, kriteria diagnostik kusta ditegakkan dengan temuan berikut:

  1. Lesi kulit berupa bercak kulit hipopigmentasi atau eritematosa (kemerahan) dengan hilangnya sensasi yang jelas
  2. Saraf tepi yang menebal atau membesar disertai hilangnya sensasi dan/atau kelemahan otot yang dipersarafi oleh saraf
  3. Apusan kulit atau basil tahan asam (BTA) positif yang diamati pada apusan/biopsi kulit. Ketika ketiga tanda tersebut muncul, akurasi diagnostik mencapai 95%.

 

Pengobatan Kusta

Regimen Multi Drug Therapy (MDT) untuk kusta telah direkomendasikan oleh WHO untuk pengobatan berdasarkan usia dan pembagian kasus-kasus ini menjadi paucibacillary (PB) dan multibacillary (MB). Pada kasus PB regimen durasi pengobatan berkisar 6-9 bulan sedangkan pada kasus MB durasi pengobatan selama 12-18 bulan. Kepatuhan dalam mengkonsumsi obat sampai tuntas merupakan faktor penting dalam keberhasilan pengobatan kusta.

 

Komplikasi Kusta

Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi jika kusta terlambat diobati adalah:

  1. Mati rasa
  2. Galukoma
  3. Kebutaan
  4. Gagal ginjal
  5. Kerusakan bentuk wajah
  6. Kerusakan permanen pada bagian dalam hidung
  7. Kemandulan pada pria
  8. Lemah otot
  9. Kerusakan saraf permanen di luar otak dan saraf tulang belakang, termasuk pada lengan, tungkai kaki, dan telapak kaki
  10. Cacat permanen, seperti alis hilang, cacat pada jari kaki, tangan, dan hidung
  11. Selain itu diskriminasi yang dialami penderita dapat mengakibatkan tekanan psikologis atau bahkan depresi. Hal tersebut berisiko memunculkan keinginan penderitanya untuk melakukan percobaan bunuh diri.

 

Pencegahan Kusta

Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah kusta, yaitu dengan menghindari kontak dekat dalam jangka panjang pada seseorang yang terinfeksi tetapi tidak diobati. Selain itu, hindari juga daerah yang mengalami endemik dari penyakit kusta.

 

Pastikan juga untuk melakukan diagnosis dini jika mengalami gejala dari penyakit ini, dan segera mendapatkan pengobatan untuk mencegah penularan pada orang lain. Sebab, belum ada vaksin yang dapat mencegah kusta agar tidak menyebabkan gangguan pada tubuh.

 

Referensi:

Alodokter. 2023. Kusta- Gejala, Penyebab dan mengobati. https://www.alodokter.com/kusta. Diakses 31 Januari 2024.

Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan. 2023. Satu Data Banua. https://data.kalselprov.go.id/dataset/data/1412. Diakses 31 Januari 2024.

Dinas Kesehatan Kota Depok. 2023. Kenali Kusta Sejak Awal. https://dinkes.depok.go.id/User/news/kenali-kusta-sejak-awal. Diakses 31 Januari 2024.

Dr.dr.Dwiana Savitri,SpD.V.E.,FINSDV,FAADV. 2024. Penyakit Kusta/Morbus Hansen [Powerpoint slides].

Humas rsugm. 2024. Hari Kusta Sedunia “Hentikan Stigma, Hargai Keberagaman”. https://rsa.ugm.ac.id/2024/01. Diakses 31 Januari 2024.

Kemenkes. 2023. Mengenal Penyakit Kusta. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2679/mengenal-penyakit-kusta. Diakses 31 Januari 2024.

Kemenkes RI. 2023. Mari Bersama Hapuskan Stigma dan Diskriminasi Kusta di Masyarakat. https://p2p.kemkes.go.id/mari-bersama-hapuskan-stigma-dan-diskriminasi-kusta-di-masyarakat/. Diakses 31 Januari 2024.

 

 

Berita Terkait

Belum Ada Komentar

Isi Komentar