Faktor Resiko dan Pencegahan Bunuh Diri

“Dalam Rangka Memperingati Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia, 10 September 2022”

 

Bunuh diri mungkin masih dianggap sebagai isu yang sensitif. Namun, isu ini sangat penting karena menyangkut berbagai aspek kehidupan manusia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak tahun 2003 telah mengangap serius isu bunuh diri sehingga manggandeng International Association of Suicide Prevention (IASP) untuk memperingati Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia setiap tanggal 10 September.  Data WHO 703.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat bunuh diri  dimana untuk setiap kasus kejadian bunuh diri kemungkinan ada 20 orang lain yang melakukan upaya bunuh diri dan banyak lagi yang memiliki pemikiran serius untuj bunuh diri.  Selain itu jutaan orang mengalami kesedihan yang mendalam sebgai dampak dari perilaku bunuh diri.  Data WHO pada tahun 2010, angka bunuh diri di Indonesia mencapai 1,6 hingga 1,8 per 100.000 jiwa sehingga jika tidak ada upaya pencegahan bunuh diri, angka tersebut dapat terus meningkat setiap tahunnya.

Bunuh diri merupakan masalah yang kompleks karena tidak diakibatkan oleh penyebab  tunggal namun merupakan faktor biologis, genetik, psikologik, budaya dan lingkungan. Kesehatan mental menjadi hal yang penting untuk menjadi perhatian terutama kejadian bunuh diri dimana data kasusnya di Indonesia belum tercatat dengan baik, sedangkan kejadian di masyarakat seperti ide bunuh diri, perencanaan bunuh diri, percobaan bunuh diri sampai perilaku bunuh diri cukup banyak dilaporkan.  Alasan lain mengapa persoalan ini dibahas karena gangguan kejiwaan hendaknya tidak disikapi dengan pandangan negatif.  Ada beberapa mitos mengenai gangguan kejiwaan seperti, orang-orang yang mengalami gangguan kejiwaan tidak dapat berfungsi dalam masyarakat, orang yang mengalami gangguan kejiwaan berbahaya, serta gangguan kejiwaan dianggap sebagai sesuatu yang tidak beres pada diri orang tersebut. Pada kenyataannya ada banyak anggota masyarakat yang menjalankan fungsi sosialnya namun sebetulnya sedang mengalami masalah kejiwaan. Banyak gangguan kesehatan mental yang terjadi bukan karena pengalaman buruk atau kesalahan dari individunya, banyak dari kondisi mental itu ada unsur genetik.  Oleh karena itu jika seseorang mengalami gangguan psikologis, cara pendekatan yang tepat adalah dengan menolongnya dengan penuh kasih.

Kejadian untuk mengakhiri hidup baik dengan ide bunuh diri, perencanaan bunuh diri,percobaan bunuh diri hingga perilaku bunuh diri terjadi karena ada fakator resiko, yaitu :

  1. Gangguan mental
  • Depression
  • Bipolar Disorder
  • Autism Spectrum Disorders
  • Schizophrenia
  • Personality Disorders
  • Anxiety Disorders
  1. Penggunaan obat-obatan terlarang
  2. Pengalaman tidak menyenangkan dimasa lalu/trauma masa kecil
  3. Tingkat ekonomi yang rendah
  4. Keluarga yang memiliki riwayat bunuh diri
  5. Perasaan terasingkan, terpisahkan (feeling of isolation)
  6. Penyakit kronis
  7. Akses yang  mudah terhadap alat-alat yang dapat digunakan untuk mengakhiri hidup
  8. Ketidakmampuan mencari bantuan dikarenakan stigma.

 

Bunuh diri lebih banyak terjadi pada orang dengan gangguan mental (Fosse et al.,2017). Lebih dari 90% korban bunuh diri memiliki masalah kesehatan mental dan/atau penyalahgunaan zat (DVA/DOD,2013). Peluang bunuh diri pada orang yang mengalami depresi berat,Schizophrenia, dan gangguan Bipolar 3 sampai 10 kali lipat dari populasi umum dengan resiko lebih tinggi pada pria daripada wanita. Dalam pencegahan bunuh diri terdapat fenomena suicide contagion,dimana ketika seseorang mendengar kabar atau melihat foto dan video terkait bunuh diri maka resiko bunuh diri meningkat bagi mereka yang rentan. Contohnya, anak-anak mendengar kabar tentang teman sekolahnya bunuh diri, mereka akan lebih rentan terhadap pemikiran bunuh diri yang serius atau bahkan menjadi berniat untuk bunuh diri. oleh karena itu  penting perlu dilakukan ketika menerima berita bunuh diri seprti video livestreamed suicide,jangan diteruskan atau dishare ke orang lain.

 

 Hal yang perlu diperhatikan jika ada seseorang yang bercerita bahwa mereka berpikir untuk menyakiri diri atau bunuh diri :

  • Jangan menghakimi, terlihat kaget atau mencoba berdebat dengan mereka. Usahakan tetap tenang, berempati dan menemani mereka.
  • Tanyakan apabila mereka sudah membuat rencana atau hanya sebatas pemikiran?jika sudah membuat rencana maka jangan tinggalkan sampai meresa tenang.
  • Saat sudah lebih tenang atau hanya sebatas pemikiran saja dan ada permasalahan yang perlu mendaptkan perhatian,,hubungkan dengan orang terdekat/tenaga professional.

 

Dalam menghadapi tantangan kehidupan yang kompleks tentu diperlukan upaya yang kuat agar kesehatan mental tetap terjaga dan tidak menjadi gangguan kejiwaan yang berat.  Faktor protektif agar individu terhindar dari perilaku ingin mengakhiri hidup :

  • Memiliki Kemampuan menghadapi masalah (coping) dan penyelesaian masalah yang baik.
  • Nilai-nilai dan keyakinan (spiritual) yang positif
  • Memiliki relasi/terhubung dengan peer group,keluarga dan dukungan sosial
  • Memiliki akses untuk layanan perawatan kesehatan mental dan fisik
  • Keterbatasan akses pada alat-alat yang berbahaya serta lingkungan yang beresiko.

Adapun langkah yang dapat dilakukan dalam membantu individu yang dalam keadaan psikologis yang tidak nyaman (emotional pain) :

  1. Bertanya , “apakah kamu berpikir untuk mengakhiri hidup”?
  2. Perhatikan mereka tetap dalam keadaan yang aman, mengurangi akses pada alat dan tempat sebagai resiko bunuh diri.
  3. Hadir, mendengarkan dan memahami apa yang mereka rasakan
  4. Membantu terhubung dengan orang terdekat atau informasi layanan kesehatan
  5. Tetap terhubung setelah situasi krisis atau setelah menjalani sesi konseling.  

 

               “ Creating Hope Through Action (Menciptakan harapan melalui tindakan) ” adalah tema Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia dari tahun 2021 - 2023. Tema ini mengingatkan bahwa ada harapan pada setiap manusia  dan memberikan inspirasi kepercayaan dan cahaya dalam diri kita semua. Dengan menciptakan harapan melalui tindakan, kita dapat memberikan  sinyal kepada orang-orang yang mengalami pikiran untuk bunuh diri bahwa ada harapan dan kita peduli dan ingin mendukung mereka. Ini juga menunjukkan bahwa tindakan kita, tidak peduli seberapa besar atau kecil, dapat memberikan harapan bagi mereka yang sedang berjuang. Pencegahan yang utama yaitu pentingnya menetapkan pencegahan bunuh diri sebagai salahsatu agenda utama kesehatan masyarakat oleh setiap negara. Kita semua dapat berperan dalam mendukung mereka yang mengalami krisis bunuh diri atau mereka yang berduka karena bunuh diri baik sebagai anggota masyarakat, sebagai anak, sebagai orang tua, sebagai teman, sebagai rekan kerja atau sebagai orang yang memiliki pengalaman hidup. Kita semua dapat mendorong pemahaman tentang masalah bunuh diri, merangkul orang-orang yang sedang berjuang, dan berbagi pengalaman kita. Kita semua dapat menciptakan harapan melalui tindakan dan menjadi penerang bagi meraka.

Bunuh diri dapat dicegah apabila semua anggota keluarga dan masyarakat dapat melakukan tindakan yang akan menyelamatkan kehidupan, bersama-sama peduli dan memahami upaya dalam pencegahan bunuh diri. Dengan meningkatkan kesadaran, mengurangi stigma seputar bunuh diri, dan menggiatkan kegiatan informasi mengenai pencegahan bunuh diri, kita dapat mengurangi kasus bunuh diri di seluruh dunia.

 

How to Live a Happy Life :

“A big part of how happy we are depends on our mindset, the habits we practice, and the way we live each day.”

 

Oleh : Melinda Bahri, S.Psi.,Psikolog ( Kerjasama Instalasi Psikologi dgn Instalasi Promosi kesehatan Rumah sakit / PKRS RSUD dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin )

Berita Terkait

Belum Ada Komentar

Isi Komentar